Bakwan di Hari Raya
Tidak ada yang special di hari raya ini. Yah, aku memang senang dapat jatah libur hari raya yang tidak kurayakan. aku mendapat banyak ucapan dari saudara-saudara di Indonesia yang juga mereka sendiri pun tidak merayakan. Baiklah, harus kuakui hari raya itu pernah aku rayakan dengan keluarga di Indonesia, dan aku sempat mendapat angpau karena ikut merayakannya. Akan tetapi itu adalah perayaan yang hampir semua orang pun melakukan meskipun lain kepercayaan, entah karena kami orang Indonesia atau karena kami merasa bahwa tidak ada bedanya merayakan atau tidak, toh kami masih punya keyakinan masing-masing dan tidak bermaksud untuk berpaling dari kepercayaan kami. Usiaku juga tidak bisa dibilang kanak, meskipun kadang aku merasa masih kanak. Tetapi entah kenapa semakin menua semakin aku melihat orang-orang di sekitarku menjadi kanak. Orang-orang yang dulu aku kagumi, kini banyak yang berubah menjadi orang yang aku hindari. Yah, mereka dengan kearoganannya merasa paling benar, kadang aku juga begitu tetapi bukan berarti orang lain yang tidak sama pendapat adalah salah. Aku tidak merasa salah, tetapi aku juga tidak merasa yang paling benar. Ah, kepalaku mulai pusing kalau bicara tentang kebenaran. -Maaf, aku harus menyeduh kopi sebentar, aku mulai tidak waras di hari di mana tidak melakukan apa-apa. Hari libur karena memperingati hari raya yang tidak aku rayakan, lagi. Aku berniat untuk menonton drama serial sampai bosan, tetapi belum setengah hari drama itu sudah selesai, baiklah aku putuskan untuk memasak. Tadi malam aku naik sepeda ke warung sayur langganan, aku sengaja membeli wortel, loncang (daun bawang), kol (kubis), dam telur asin. Ketika pedangan si abe entah siapa namanya itu bertanya, malam ini akan masak menu apa, aku bilang bakwan. dia bertanya apa itu bakwan, aku kesulitan untuk menjelaskan dengan Bahasa Indonesia yang pasti tidka ia pahami, aku menjawab makanan dari Indonesia. lalu dia hanya merespon, "Oh..." aku lupa membeli minyak goreng, akan tetapi tidak apa-apa aku masih punya stok meskipun sangat sedikit. Paginya aku memasak bakwan, yah, dalam sehari itu aku masak bakwan 3 kali, ketika aku lapar aku tinggal menggorengnya, aku membuat adonan cukup banyak, kira-kira untuk 1 hari. Yah, jangan tanya kenapa, aku bias makan bakwan tiga hari berturut-turut hanya karena aku malas dan suka. Ya, aku suka malas. Pertama, aku tidak ingin panas-panas keluar dari indekos hanyakarena perkara perut, kedua aku sedang suka bakwan, aroma kubis yang digoreng itu rasanya entah kenapa mengingatkanku ketika tinggal di desa, di Mbesi, Jakal. Aku sering sekali memebeli gorengan di depan rumah, aku tidak perlu khawatir juga kalua tidak punya uang, aku bias mengambilnya terlebih dahulu, kemudian sorenya aku akan kembali lagi ke depan rumah sambal membawa uang dari ibuku sekalian membeli bumbu dapur atau beras titipan ibuku, atau kecap ABC, atau telur 1 kilogram. Saking seringnya aku membeli gorengan di depan rumah, aku juga kadang menunggu gorengan yang sedang di goreng, karena aku suka gorengan yang masih panas. Sembari menunggu kadang aku menyaksikan istri pedagan, Mbak Neng namanya, yang sedang menyuapi anaknya, nasi dengan bakwan. Karena itulah kemarin ketika hari libur dna aku tidak ingin pergi ke mana-mana aku hanya menggoreng bakwan dengan menanank nasi, yah, aku cukup kenyangseharian itu hanya makan bakwan dan nasi, juga cabai yang aku gigit begitu saja tanpa kutumbuk atau kurebus.
Komentar
Posting Komentar