Singapura ke Thailand jalur darat

tanggal 17 Juli, aku memutuskan untuk ke Singapore. Aku berangkat pagi-pagi dari Jogja menuju bandara Changi. Sesampainya di Changi aku mengunjungi Jewel dengan naik bus yang telah disediakan oleh bandara. setelah sampai di terminal berikutnya, aku turun dan jalan kaki sekitar 1 kilometer lebih untuk bisa melihat air terjun di dalam ruangan itu. Tak cukup hanya ke sana aku mengitari Singapore sambal menunggu jadwal bus. mendapat informasi yang rancu membuatku tidak tegang atau panik, aku tetap santai menghadapi apapun yang ada di depan mata. aku sengaja melakukan perjalanan ini dengan santai, karena jika aku panik, justru akan tersesat lebih jauh. Baiklah, aku memutuskan untuk memastikan informasi temanku dengan petugas-yang kutemui di hampir setiap stasiun. Informasi mereka, temanku dan petugas, lain. Aku memutuskan untuk mengikuti arahan dari petugas MRT. Dari Changi mereka menyarankan untuk pergi ke Woodland atau Kranji, dari sana pindah bus CW ke arah checkpoint jika akan meningalkan Singapore.  Intinya informasi dari temanku dari Singapore langsung ke Hatyai (tentu saja berhenti di imigrasi dan ditunggu oleh bus yang sudah kita pesan), tetapi dari petugas mengatakan tidak ada yang langsung dari Singapore ke Hatyai, aku harus ke Johor dulu, lalu dari Johor ke Singapore. atau dari Johor ke Kuala Lumpur (TBS) baru ke Hatyai. 
Baiklah, waktu itu aku mengikuti kata petugas, meskipun aku yakin sekali sebenarnya masih ada bus dari Singapore yang langsung ke Thailand (Hatyai) seperti yang dikatakan temanku. tetapi apa daya aku tidak berniat membeli nomor Singapura untuk mencari-cari lagi di internet jalur menuju ke agen bus itu. Intinya adalah aku melupakan semua risetku selama ini untuk ke agen bus. Rencanaku berubah, aku mengikuti semua kata petugas yang bisa aku ajak bicara daripada mencari tahu melalui telepon genggam. Sekaligus aku mencoba bagiamana hidup di negri orang tanpa internet, juga untuk mengasah caraku berkomunikasi serta mengenal karakter orang-orang di sana. Yaaa, dan aku tidak menyesal, aku bertemu dengan banyak orang baik. Di stasiun MRT, beberapa kali aku ditolong oleh orang, bahkan ketika aku tidak bertanya, ada bapak-bapak yang cukup sepuh datang kepadaku untuk memberikan informasi yang aku butuhkan. Oke, lanjut, Sampai di Kranji aku kelaparan karena dari Jogja aku hanya makan Sari Roti yang dibagi 4 orang dan beberapa teguk kopi. Baiklah, aku makan mencari warung makan, bukan restoran, karena aku tidak mau membuang uangku hanya untuk sepiring nasi mahal dan tempat mewah untuk makan, tidak aku tidak mau karena aku juga tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha di sana. Sambil makan di warung makan yang sudah ada daftar harganya itu, aku berbincang dengan bapak-bapak yang juga makan di sebelahku. Dia merespon antrean di depan warung makan kami yang sempit, dan bak etalase, kami terlihat dari luar, dari kami pun dengan jelas dapat melihat mereka yang tertib antre mengular. Kami tertawa kecut. Sambil makan kami berbincang, dia memujiku karena orang asing biasanya tidak tahu ada tempat murah di Kranji, tetapi dengan mudah aku menemukannya. Simpel saja, warung ini mencantumkan harga 2,5 dollar, itu lebih murah dari wafer yang tadi aku beli di dekat Jewel 3,8 dollar. Dia merespon amtream yang semakin bertambah banyak lagi, aku yang melihatnya pun membatin "nggilani". Iseng aku bertanya, mereka ini pekerja atau liburan. Bapak-bapak itu menjawab, intinya pemandangan seperti ini memang biasa di jam ini, kecuali hari Sabtu dan Minggu. Mereka kebanyakan pekerja tetapi ada juga yang liburan, mereka mau pergi ke Johor. Setelah beberapa detik, aku ingat tujuanku setelah makan adalah naik bus CW ke Johor, aku tersadar dan bertanya, bukankah CW ke Johor naik dari sebelah sana  (menunjuk ke arah lain), di sana sepi, kataku. Bapak-bapak itu mengatakan ya di sana sepi, karena antrenya harus dari sini. APAAAAAAA dalam hati aku terperanjat. Aku mengunyah lebih cepat, makan lebih lahap, dan minum tergesa-gesa. Tidak ada waktu untuk menikmati minum. Aku berlari menuju antrean, kebetulan depanku seorang perempuan. Aku pastikan bahwa ini menuju Johor. Setelah aku rasa informasi yang aku dapatkan cukup, aku mengucapkan terima kasih. dia pun kembali dengan telepon gengamnya dan mengenakan alat pendengar telepon. Ketika aku ingin menanyakan berapa lama untuk sampai di Johor, ia tengah sibuk dan aku takut mengganggunya. Aku akhirnya menanyakan pada calon penumpang yang berdiri di belakangku. Ia menjawab tidak tahu, dia menjelaskan bahawa setelah dapat bus kita kaan sampai checkpoint dan kamu akan meyaksikan sendiri betapa banyaknya orang yang mengantre di sana. bisa 1 jam atau lebih karena antrean itu. Dia tidak bisa memastikan. Aku tentu saja hanya menjawab oh oke, terima kasih. Karena aku tidak tahu di mana itu checkpoint dan seperti apa. ini kali pertama aku menginjakkan kaki di Singapore. Sesampainya di checkpoint, aku merasa ada hal yang aneh, mengapa aneh ya tentu saja krena ini kali pertama aku masuk checkpoint dengan lautan manusia, bangkali ribuan manusia mengante dalam satu gedung yang sangat besar, dan hening. itu yang bagiku cukup mencekam, mereka semua berjalan sangat cepat dan tanpa suara, aku yang sangat merasa asing kebingungan sekali dengan banyaknya manusia. Sambil menyimpan , aku berjalan mengikuti arus antrean, 

Komentar

Postingan Populer