Pagi-pagi sekali kau mengajakku pergi, aku tidak tahu ke mana kau akan membawaku, aku bilang aku tidak mengenal kota ini. Lalu kau dengan mudahnya mengatakan bahwa kau juga tidak tahu tetapi ada keinginan untuk mencari tahu, makanya kau mengajakku keluar supaya sama-sama tahu. dalam hatiku mengamininya, tetapi aku tidak mau mengatakannya, karena bagiku, pergi sepagi ini sungguh sangat menggangguku, meskipun pada akhirnya aku kalah. 
Tidak lama kemudian aku bersiap-siap dan memutuskan untuk pergi bersamanya. rasanya sangat malas sekali, aku selalu merasa pagiku direnggut jika aku harus bangun pagi-pagi. Baiklah, aku akan menurutinya. Aku bertanya, "sekarang kita akan pergi ke mana?" Ia yang brengsek itu mengatakan, "entah." Wah berani sekali dalam batinku, ia seolah menantangku. Rasanya aku ingin kembali tidur menemui mimpi-mimpi yang brangkali belum tuntas. 
Tidak lama kemudian ia mengatakan, kita naik tuk-tuk saja. Hah gila! masih dalam hatiku, Aku yakin beribu kali yakin, kami akan pergi keluar kota. Tuk-tuk biasanya digunakan untuk pergi ke bokoso atau terminal. Setelah mendapatkan tuk-tuk kami segera naik dan benar sekali; Bokoso. Aku mencoba memastikan bahwa anggapanku salah dengan bertanya kepadanya, " Kita akan pasar? pantai?" atau segala macam tempat yang sering kami kunjungi di kota Pattani ini. Dia mengelak, "bukan, kita lihat saja nanti." 
Apa-apaan ini dalam hatiku, tapi aku mencoba menerimanya sebagai liburan yang HARUS menyenangkan, karena ia telah merenggut Sabtu pagiku. Dia berbisik, "Jangan panik, kau tidak akan menyesal pergi dengan ketidakpastian. Percayalah kali ini padaku." Aku hanya meliriknya, kemudian ia melanjutkan, "Aku mohon jangan banyak pertanyaan tidak penting." Aku sangat tahu dan paham itu artinya aku tidak boleh bertanya kita mau ke mana, dan aku telah memutuskan untuk tidak bertanya karena akan membuatku tampak takut dan kecut. Oke aku akhirnya menikmati perjalanan yang barangkali ia juga tidak tahu akan ke mana. Setelah sampai di bokoso, kami turun dari tuk-tuk dan segera saja kami melanjutkan perjalanan kami untuk mencari van, aku berjalan di belakangnya sambil menerka ia akan berjalan ke loket mana. ia membeli dua tiket di loket Hatyai. Oh, ke Hatyai, batinku. Setelah van kami siap berangkat, aku dan dia masuk dan duduk di kursi nomor tiga. Aku duduk di tepi jendela. Ya, aku suka sekali melihat jalan, daripada berbincang dengannya karena aku takut keceplosan dan bertanya sebenarnya akan ke mana. Nyaris kami tidak berbicara di dalam van selama dua jam perjalanan. Aku mulai curiga, kami tidak turun di bokoso atau terminal biasanya, kami turun di terminal 2 yang mana tempat itu adalah terminal yang akan mengantarkan kami ke kota lain. Aku merasa semakin ada yang tidak beres. "Hei!" panggilku, dia hanya menoleh dan memberikan kode untuk terus mengikutinya. Aku menunggunya sambil mengamati loket mana yang akan ia tuju. Aku buru-buru mengejarnya sambil terkejut, "Nakhon Si Thammarat???" 

Komentar

Postingan Populer